Meningkatnya seks oral teryata tak selamanya membawa nikmat. Di AS, seks oral dikhawatirkan bisa menjadi penyebab kanker kepala dan leher. Pemicu utama kanker ini adalah virus human papillomavirus (HPV).
“Sepertinya ada keterkaitan cukup bagus dengan makin banyaknya aktivitas seksual, terutama seks oral, terkait dengan peningkatan infeksi HPV,” kata Dr Greg Hartig, profesor THT dan ahli bedah kepala dan leher pada Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Umum University of Wisconsin, di Madison.
Namun kanker amandel dan pangkal lidah naik selama dekade terakhir, katanya. Dan mereka adalah orang-orang yang lebih mungkin teruji positif terkena HPV.
“Hingga kini 60-70% dari semua kasus kanker amandel di AS, terkait HPV,” kata Lydiatt.
Sebuah studi di New England Journal of Medicine (2007) menemukan fakta bahwa orang-orang muda pengidap kanker kepala dan leher yang positif terinfeksi HPV secara oral, lebih cenderung memiliki banyak pasangan seks vaginal dan seks oral dalam kehidupan mereka.
Dalam studi itu terungkap bahwa seseorang yang memiliki enam atau lebih pasangan seks oral selama seumur hidup terkait dengan 3,4 kali risiko lebih tinggi terkena kanker orofaringeal – kanker pangkal lidah, tenggorokan belakang atau tonsil.
Praktik seks oral yang meluas di kalangan remaja dapat menjadi faktor yang berkontribusi dalam peningkatan kasus tersebut. Peneliti menyimpulkan bahwa seks oral ‘sangat terkait’ dengan kanker orofaringeal.
Dalam 90% kasus infeksi HPV dalam tubuh, sistem kekebalan tubuh secara alami membersihkan HPV dalam waktu dua tahun. Namun dalam beberapa kasus, beberapa jenis HPV dapat menyebabkan kanker serviks atau kanker orofaringeal.
“HPV cenderung berada dalam lokasi spesifik,” jelas Dr Amesh A. Adalja, instruktur tambahan dalam penyebaran penyakit menular di University of Pittsburgh Medical Center.
Dengan kata lain, HPV cenderung tinggal di mana pun saat pertama kali memasuki tubuh manusia, baik itu di vagina (yang dalam beberapa kasus dapat menyebabkan kanker leher rahim), atau mulut dan tenggorokan.
Begitu juga peningkatan kejadian ini berarti bahwa generasi baru melakukan hubungan seks lebih banyak dari kakek-nenek mereka.
“Baby Boomers - generasi 1970-an dan awal 1960-an – mungkin memiliki kebebasan lebih dalam hubungan seksual pada umumnya, termasuk seks oral,” tambah Dr Bert W. O’Malley, Jr, ketua Otorhinolaryngology – bedah kepala dan leher di University of Pennsylvania.
US Centers for Disease Control dan Prevention (CDC) melaporkan bahwa pada 2002, sekitar 90% laki-laki dan 88% perempuan berusia 25-44 tahun dilaporkan pernah melakukan seks oral dengan pasangan lawan jenis.
Angka ini sebanding dengan data pada 1992 yang menunjukkan bahwa sekitar tiga-perempat dari pria berusia 20-39 dan mendekati 70% wanita berusia 18-59, pernah memberikan dan menerima seks oral.