Sejak awal Februari, Televisi Kantipur hanya menggunakan minyak tanah untuk menyinari lampu tempel dalam siaran berita yang tayang selama 30 menit.
Kepala redaksi Kantipur mengatakan bahwa tujuannya dibuat seperti untuk memberikan tekanan kepada pemerintah untuk mengatasi masalah.
Nepal saat ini mengalami pemutusan aliran listrik selama 12 jam per harinya, demikian lansir BBC, Jumat (4/2/2011).
“Kami ingin pemerintah menghasilkan listrik secepat mungkin,” ujar kepala redaksi Kantipur Tirtha Koirala.
“Sejauh ini kami mendapatkan respon positif dari para pemirsa, tapi belum ada tanggapan sama sekali dari pemerintah,” sambungnya.
Meskipun memiliki potensi untuk menggunakan sumber tenaga air, tapi produksi listrik Nepal hanya mencukupi setengahnya dari kebutuhan negara tersebut.
Perang sipi dengan pemberontak Maois yang berlangsung selama 10 tahun dan berakhir pada 2006 lalu membuat investasi sulit masuk.
Ditambah lagi dengan rusaknya pembangkit listrik karena diterjang banjir meluapnya Sungai Kosi pada 2008.
Koirala mengatakan bahwa dia akan terus menyiarkan berita seperti ini hingga pemerintah mau memberikan tanggapan. (okezone)