BENCANA alam tengah melanda Indonesia. Setelah banjir bandang Wasior, Papua Barat, tsunami di Mentawai, Sumatera Barat, dan meletusnya Gunung Merapi, Yogyakarta, hingga banjir di Jakarta yang meluluhlantakkan ibu kota meninggalkan sedih dan trauma mendalam bagi bangsa ini.
Beragam bencana alam tersebut telah menyisakan kesedihan yang mendalam bagi keluarga, kerabat, hingga anak bangsa. Sehingga wajar jika dari sisi psikologi meninggalkan perasaan sedih. Karena kondisi tersebut merupakan respon alami ketika seseorang mengalami kehilangan.
"Musibah yang bertubi-tubi ini tentu akan meninggalkan dampak psikolgis. Stres pasti ada. Stres itu diawali dengan perasaan cemas dan kondisi ini berdampak pada sebuah bangsa yang pada akhirnya memengaruhi psikologi orang," kata psikolog Bondan Seno Prasetyadi saat berbincang dengan okezone melalui telepon selulernya,
Tidak hanya itu saja, menurut konsultan untuk SDM di beberapa perusahaan ini, dampak traumatis juga turut terjadi. Tidak hanya pada orang yang mengalaminya, tapi juga terhadap kita yang tidak mengalaminya. "Karena merasa tidak secure," paparnya.
Saat mengalami musibah, Bondang menungkapkan, banyak hal yang bisa dilakukan untuk meluapkan kesedihan. Baik yang sifatnya destruktif, maupun konstruktif. Apa saja?
Destruktif
1. Menangis
Bangsa Indonesia akan menangis saat mengalami musibah. Karena menangis dianggap sebagai hal yang seharusnya untuk meluapkan kesedihan. Sementara jika menahan tangis, kondisi bisa menyebabkan proses menyesuaikan diri dengan situasi kehilangan bisa jadi lebih lama dan lebih sulit.
2. Marah-marah
Ini merupakan luapan emosi seseorang saat menghadapi musibah, perasaan kehilangan orang yang dicintai, namun tidak tahu bagaimana cara meluapkannya. Sehingga dia marah-marah.
3. Perilaku yang ditunjukkan tidak normal
Dengan melakukan hal-hal seperti merusak fasilitas atau menyakiti diri sendiri dengan menganggap dirinya tidak berguna, tidak membantu keluarga, dan sebagainya.
Konstruktif
1. Menangis dan berdoa
Mengekspresikan rasa sakit, sedih, paling pas dengan tangisan. Meluapkan air mata menjadi cara paling ideal bagi setiap individu menunjukkan "kontrol kehilangan". Setelah menangis, dia mengembalikan kepada Tuhan YME. Ini yang menjadi kekuatan bangsa Indonesia dari dulu sampai saat ini.
2. Membantu orang lain
Karena merasa tidak bisa membantu keluarganya, jadi dapat membantu orang lain. Langkah ini dasarnya dari agama juga, yang mengajarkan harus tolong menolong dengan sesama.
Dari kesemuanya, Bondan menuturkan, bangsa Indonesia sebenarnya termasuk bangsa yang konstruktif. "Hanya masalahnya tidak pernah diurus oleh pemerintah dengan profesional, jadi jalan sendiri-sendiri," imbuh pria ramah ini.
Nah, agar tidak salah kaprah meluapkan emosi saat berkabung, ada beberapa strategi yang harus ditempuh. Yaitu:
- Bangsa Indonesia biasanya kalau punya masalah senang untuk menekannya, sehingga yang harusnya diluapkan malah disimpan sendiri. Padahal harusnya mengekspresikannya. Hanya saja, kondisi ini hanya baik untuk pelakunya, tidak bagi lawannya.
- Dengan bicara, memaafkan diri sendiri dan orang lain, menjadi cara yang paling pas untuk melepaskan perasaan sedih.(okezone.com)