Hubungan Mendengkur dan Jantung Anda

Sedikit saya agak kaget, ketika mau duduk di kursi pesawat garuda dalam penerbangan Jakarta-Pekanbaru pagi itu. Ternyata di sebelah kanan saya, di kursi dekat jendela telah duduk seorang ibu berusia sekitar 35 tahun. Ibu muda ini juga saya lihat sedang sarapan pagi dengan lahapnya waktu menunggu keberangkatan pesawat di “lounge” garuda.

Di samping bayangan kecantikannya waktu masih gadis, yang menarik perhatian saya pada ibu ini adalah postur tubuhnya yang gendut. Sekilas saya perkirakan tingginya sekitar 160 cm, berat badannya mungkin lebih dari 85 kg. Anda dapat membayangkan bagaimana besarnya perut Ibu itu, melebihi Ibu hamil yang hanya menunggu hari-hari kelahiran bayinya.

Pesawat menunggu cukup lama untuk take off, waktu kebetulan saya menoleh ke kanan, ke arah jendela, saya lihat ibu ini sudah tertidur. Luar biasa ibu ini, pikir saya,”pesawat belum take off, dia sudah take off lebih dulu”.

Kemudian, tidak berapa lama setelah pesawat take off, Ibu ini sudah tertidur semakin pulas. Kadang-kadang kepalanya menyandar ke bahu kanan, dan kadang ke bahunya sebelah kiri. Untung saya tidak duduk di kursi tengah yang memang kosong itu, andaikan saya menempati kursi itu, bahu saya pasti sudah jadi sandaran kepalanya.

Deru mesin pesawat terdengar semakin kuat. Di tengah deru pesawat itu, seolah tidak mau kalah, ibu ini juga menderu dengan dengkurannya. Dengkurannya yang semula terdengar pelan-pelan, semakin lama semakin keras. Sesekali dengkuran dan nafasnya berhenti beberapa tempo, kemudian seperi orang gelagapan, kembali bernafas dengan cepat dan mendengkur lagi dengan bunyi yang aneh dan semakin kuat pula..

Lebih kurang 30 menit setelah pesawat melayang di udara, pramugari garuda mulai membagikan sarapan pagi. Karena Ibu itu masih tidur, meja makan yang ada di sandaran kursi  di depannya saya tolong bukakan. Sementara, dengkuran Ibu itu masih terdengar cukup kuat, pramugari saya lihat tersenyum kepada saya, mungkin maksudnya agar saya dapat memahami.

Aneh, Ibu muda yang sedang tidur itu, tiba-tiba bangun letika aroma nasi goreng yang agak menyengat hidung merebak keluar, setelah aluminum penutup kotaknya saya buka. “Terimakasih” ungkapnya, waktu melihat di depannya juga sudah ada makanan.

“Ngantuk sekali ya mbak?” tanya saya, memulai pembicaraan dengannya. “Ya Pak, tadi pagi jam 4 sudah harus bangun, buru-buru, takut telat, makan pagi juga hanya sedikit, jawabnya”. “Pantesan tidurnya enak sekali mbak, komentar saya. Maaf ya mbak, mbak kalau tidur mendengkur lho?.”. “Oh ya, saya malah tidak sadar, apa kuat bunyi dengkurannya?” tanyanya. 

Sedikit agak berbasa-basi saya bilang, “oh, tidak, hanya sedikit”. “Apa penyebabnya kok saya bisa mendengkur seperti itu, apa karena saya kegemukan?” Tanyanya lagi. “Ya, penyebab utamanya karena itu. Pada orang gemuk sering terjadi penekanan jalan nafas, sehingga jalan nafas menyempit, aliran udara jadi tidak lancar, dan itu sangat berbahaya untuk jantung kita”. jawab saya.

“Kalau hubungannya dengan jantung gimana?” Kelihatan Ibu ini bertanya agak antusias. “Almarhum Ayah saya dulu waktu berumur 55 tahun juga meninggal karena serangan jantung”. Begini, saya mencoba menerangkan secara sederhana kepada ibu itu. "Pada waktu mbak tidur mendengkur, ada namanya sleep apnea, saat nafas berhenti akibat penyempitan jalan nafas, beberapa tempo."

Keadaan ini terjadi berulang kali selama tidur. Dan, ini mengakibatkan oksigen dalam darah menurun, karbon dioksida meningkat, dan tubuh juga melepaskan lebih banyak adrenalin. Semua ini dapat mengakibatkan penekanan fungsi sistem kardiovaskuler, dan paru. Menyebabkan kerusakan pada otot jantung dan pembuluh darah jantung, dan bahkan bisa memacu gangguan irama jantung yang mematikan, serangan jantung dan strok.

“Kalau begitu, apa yang harus saya lakukan Pak?” sambungnya.” Ya, pertama menghindari tidur waktu duduk, biasakan tidur berbaring miring ke samping atau tidur tanpa bantal, dan kalau perlu beri bantal kecil di belakang leher. Kemudian dalam jangka panjang adalah menurunkan berat badan, dengan diet dan olahraga”, jawab saya.

“Untuk diet saya sudah mencoba Pak, tapi selalu gagal, saya hanya makan sedikit, apalagi nasi, kalau ngemil, minuman kaleng dan yang manis saya memang suka.” jawabnya. “Cemilan, minuman manis dan kaleng itu dapat lebih banyak kalorinya daripada nasi yang mbak makan. Untuk sementara mbak kurangi atau kalau bisa tidak meminum minuman kaleng dan yang manis dulu. Untuk ganti ngemil Ibu coba makan buah-buahan dan lalapan sayur, dan kalau lapar  malam hari, cukup makan buah-buahan. Di samping itu, sisihkan waktu mbak 30-40 menit untuk olahraga ringan seperti jalan cepat, jogging dan sebagainya, Saya yakin mbak pasti berhasil. 

Yang penting mbak, tujuan diet, olahraga itu bukan sekedar menurunkan berat badan, tetapi sehat yang kita inginkan. Kalau mbak bisa menurunkan berat badan 10 persen saja akan menurunkan risiko mbak menderita diabetes, hipertensi, “stroke”, serangan jantung dan lain- lain”, saya mencoba menerangkannya.” ……”Ok, bapak, saya lakukan, terimakasih ya”, katanya.

Mendengkur dapat menyebabkan rasa tidak nyaman bagi orang lain di sekitarnya, dan meningkatkan risiko penyakit jantung bagi dirinya sendiri. Tapi, ibu ini seolah-olah tidak peduli, tidak berapa lama setelah pembicaraan itu, ibu ini sepertinya sudah tidur kembali, suara demgkurannya mulai menderu lagi. 

Daripada dongkol, saya tetap memilih senyum, menikmati suara yang aneh itu. Saya hanya berdoa, mudah-mudahan ibu ini nanti mau diet dan berolahraga. Alangkah bahagianya saya, bila suatu saat, kalau ketemu lagi dengan ibu ini, berat badannya sudah jauh berkurang dan tidak mendengkur lagi, dan yang lebih penting, risiko ibu ini untuk menderita penyakit jantung juga akan lebih kecil. Amin!

Irsyalrusad, Dokter Spesialis Penyakit Dalam. Alumni Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.
Sumber :


Artikel Yang Disukai :



Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...