Lawrence Tiley, ilmuwan dari Departemen Kedokteran Hewan Universitas Cambridge, yang terlibat dalam eksperimen itu mengatakan, ayam tersebut dibuat lewat proses modifikasi genetik.
Dalam proses itu, gen baru yang bisa memproduksi senyawa imitasi dari senyawa yang diproduksi virus flu burung disisipkan. Senyawa tersebut bisa menghambat proses replikasi sehingga mencegah penyebaran.
Eksperimen yang dilakukan oleh ilmuwan membuktikan, ayam yang telah dimodifikasi gennya terbukti mencegah penyebaran virus. Mereka tak mampu menyebarkan virus ke burung lain, baik yang dimodifikasi gennya maupun tidak.
Meski demikian, Tiley mengatakan bahwa eksperimen ini masih dalam tahap awal. Selain itu, ia juga memperingatkan bahwa seluruh ayam yang dimodifikasi gennya tidak dibuat untuk dikonsumsi.
"Pengembangan ini adalah langkah awal untuk mengembangkan ayam yang benar-benar resisten terhadap virus flu burung. Ayam ini juga dibuat hanya untuk tujuan riset, bukan konsumsi," kata Tiley, Kamis (13/1/2011).
Kasus flu burung mulai dijumpai pada tahun 1997 di Hongkong. Sementara, pada tahun 2003, kasus tersebar luas ke Asia, Timur Tengah, dan beberapa wilayah Eropa, mengakibatkan kematian pada burung dan manusia.
Tiley mengungkapkan, "Ayam adalah inang potensial tempat virus strain baru berkembang dan menginfeksi burung dan manusia. Mencegah penyebaran virus pada ayam bisa mengurangi dampak ekonomi dan risiko orang terinfeksi dari burung."