Disengaja atau tidak, kita tentu pernah berbohong, termasuk pada atasan. Jujur, berapa kali si bos bertanya, dan seringkali kita tidak bisa memberikan jawaban yang sebenarnya hanya karena enggak enak hati atau takut si bos marah? Dalam hati kita juga tidak merasa tenang dan merasa bersalah tidak mengungkapkan yang sebenarnya. Tetapi gimana dong, daripada si bos ngamuk, mending kasih jawaban yang enak-enak saja dia dengar.Menurut Shawn Anchor, seorang konsultan serta ahli psikologi, dari banyak perusahaan yang pernah ia tangani, kebanyakan pekerja memang memilih berbohong bila merasa posisinya tidak aman di depan atasan. Sedangkan Mark Goulston, penulis buku Just Listen: Discover the Secret to Getting Through to Absolutely Anyone, mengatakan, walau berbohong bisa dijadikan cara untuk berkelit dari situasi yang sulit, namun cara ini bisa menjadi kebiasaan hidup jika tidak diantisipasi. Wah, bisa-bisa karier ikut kepleset di samping Anda tak lagi dipercaya oleh atasan.
Jadi, pada situasi apa kita boleh berbohong, simak yuk!
Situasi 1
Bos meminta kita melakukan tugas yang sebenarnya tak kita sukai.
Bolehkah berbohong? Boleh
Katakan kalau kita merasa “senang” menerima pekerjaan tersebut, walau sebenarnya hati berkata lain. Sikap ini menunjukkan bahwa kita merupakan team player yang baik, dan mau berkorban demi kesuksesan perusahaan. Kecuali jika kondisi tidak memungkinkan, seperti sakit atau ada keperluan mendesak.
Goulston bilang, “Jangan ragu untuk selalu memiliki minat terhadap setiap pekerjaan yang diberikan, dan jadikan kata “senang” sebagai ketulusan. Hapus ketidaksenangan itu dengan bersyukur bahwa kita memiliki pekerjaan, dibanding mereka yang masih menganggur.” Ia juga menambahkan, perusahaan lebih menyukai pekerja yang biasa-biasa saja namun helpful, dibanding sangat berkualitas namun sulit atau sering mengeluh saat dimintai bantuan.
Situasi 2
Bangun kesiangan dan terlambat datang
Bolehkah berbohong? Tergantung
Alarm rusak, alasan yang hanya berlaku sekali pakai. Jalanan macet? Hm… bos akan menerimanya jika digunakan sebanyak dua kali. Goulston mengatakan, jika alasan-alasan itu sering digunakan, si bos malah akan menganggap kita memiliki manajemen waktu yang buruk, tidak bisa bertanggung jawab secara penuh. Kalau keseringan bohong bisa-bisa si bos memberi surat teguran. Jika masih bisa diperbaiki, sebaiknya usahakan untuk datang tepat waktu. Pasalnya, keterlambatan biasanya dijadikan salah satu indikator untuk menilai kedisiplinan seorang karyawan. Tak mau kan, dianggap pegawai yang tidak disiplin?
Situasi 3
Tidak mood pergi ke kantor dan bilang kalau kita sedang sakit.
Bolehkah berbohong? Tidak
Jika memang kita ingin menghabiskan hari ini untuk bersantai dan keluar dari rutinitas kantor, sebaiknya bilang saja terus terang. Gunakan saja jatah cuti yang masih tersisa, atau izin saja. Berpura-pura sakit malah membuat perasaan kita tidak tenang karena telah berbohong dan takut ketahuan. Terutama jika ingin menghabiskan waktu di luar rumah. Yakin deh, hari yang seharusnya dihabiskan untuk bersantai menjadi tidak maksimal. Apalagi jika si bos tahu kalau kita berbohong. Bukan berarti ia tidak akan memaafkan, namun kepercayaannya pada kita bisa berkurang.
Situasi 4
Bos meminta pendapat tentang pakaian yang ia kenakan. Ia merasa pakaiannya bagus, tapi kita merasa pakaian itu tidak cocok untuknya.
Bolehkah berbohong? Boleh
Dengan syarat jika ia sudah terlanjur memakainya, dan tidak memiliki pilihan baju lain untuk dikenakan. Apalagi jika bos perempuan, kritik tentang penampilan sedikit banyak akan memengaruhi mood-nya. Goulston menambahkan, ini bukanlah masalah besar, anggaplah hanya sebuah perbedaan selera. Tinggal bilang, “Oke, kok!”. Selesai. Dibanding Anda berkata tidak, dan merusak mood-nya di hari itu.
Tetapi, jika ia memiliki pilihan baju lain, lebih baik beri masukan yang membangun, seperti menyarankannya untuk memakai warna lain agar penampilannya lebih pas. “Sudah oke kok Bos, tapi lebih oke lagi kalau….”