Jokowi, Wong Ndeso Tapi Bisa Pimpin Jakarta - PDI Perjuangan tampak percaya diri mengusung Jokowi sebagai calon Gubernur DKI Jakarta menggantikan Fauzi Bowo.
Partai berlambang banteng moncong putih ini menilai Jokowi sebagai seseorang yang polos namun tidak bodoh.
Hal ini disampaikan Ketua DPP PDI Perjuangan Bidang Sumber Daya dan Dana, Effendi Simbolon, saat ditemui di sela-sela acara Rakerdasus di DPD DKI PDIP, Minggu (18/3/2012).
Menurut dia, seorang pemimpin Jakarta tidak terlalu mementingkan pendidikan yang tinggi, namun lebih kepada karakter.
"Siapa tahu anak desa dari Solo bisa memimpin Jakarta. Bisa saja dia (Jokowi) memberikan arti kepemimpinan nasional. Jokowi adalah pemimpin yang berkarakter, orang yang polos namun tidak bodoh," kata Effendi.
Effendi pun tak menampik jika saingan terberat adalah dari incumbent saat ini. Menurutnya, jaringan birokrasi Fauzi Bowo menjadi kekuatan pria berkumis tersebut dalam memenangkan Pilkada DKI.
"Namun orang bisa melihat output kerjanya. Tidak perlu pendidikan yang tinggi, namun lihat dari output kerjanya. Selama ini, output kinerja (Foke) membuat orang kecewa, marah, dan tak lagi berharap," jelasnya.
Seperti diketahui, Joko Widodo, lahir di Surakarta, 21 Juni 1961. Pria ini lebih dikenal dengan julukan Jokowi. Ia adalah wali kota Solo (Surakarta) selama dua periode 2005-2015. Wakil walikotanya adalah F.X. Hadi Rudyatmo. Ia dicalonkan oleh PDI-P.
Jokowi meraih gelar insinyur dari Fakultas Kehutanan UGM pada tahun 1985. Ketika mencalonkan diri sebagai wali kota, banyak yang meragukan kemampuan pria yang berprofesi sebagai pedagang mebel rumah dan taman ini.
Namun setahun setelah ia memimpin, banyak gebrakan progresif dilakukan olehnya. Ia banyak mengambil contoh pengembangan kota-kota di Eropa yang sering ia kunjungi dalam rangka perjalanan bisnisnya.
Di bawah kepemimpinannya, Solo mengalami perubahan yang pesat. Branding untuk kota Solo dilakukan dengan menyetujui moto "Solo: The Spirit of Java"