Selama ini Australia selalu menyebutkan bahwa ancaman terbesar bagi mereka adalah musuh dari utara yang merujuk pada Cina. Tetapi di balik itu, ternyata yang dimaksud dengan “musuh dari utara” termasuk juga Indonesia, seperti yang dituturkan pengamat pertahanan Muradi.
“Kalkulasi intelijen Australia terkadang berlebihan. Badan intelijen Australia, ASIS terkadang melakukan analisis intelijen tentang Indonesia secara berlebihan, sehingga menganggap Indonesia sebagai ancaman. Tetapi tentang adanya ancaman, Australia selalu mengakuinya, yaitu ancaman dari utara. Hanya saja ancaman dari utara itu bukan cuma Cina, tetapi juga Indonesia, “ jelas dosen yang mengajar di Fisip Unpad ketika dihubungi itoday, Jum’at (16/3).
Masih menurut Muradi, logika sederhananya, musuh yang paling dekat adalah Indonesia, dan itu diakui secara tidak langsung oleh Australia. “Yang agak berlebihan dalam konteks analisa ancaman. Mereka (Australia) secara terbuka menganggap Indonesia adalah kawan, tetapi secara intelijen dan pertahanan hal itu tidak mungkin dilakukan, “ sambungnya.
Berdasarkan analisisnya, Muradi melihat ancaman yang paling dekat di utara yakni Cina, sudah dilindungi oleh Jepang dengan adanya pangkalan AS di Okinawa. Kemudian untuk ASEAN, pasca pangkalan di Filipina dibubarkan, AS ingin membuat pangkalan militer lain, pilihannya adalah Singapura atau di Darwin, tetapi jika di Singapura, Indonesia akan proses keras.
Tetapi pengamat pertahanan ini mengaku tidak tahu untuk apa pangkalan militer AS di darwin, apakah untuk distribusi pasukan di Asia Pasifik, atau ada agenda tersembunyi lainnya. Namun pengamat pertahanan ini menduga ada agenda tersembunyi.
Wajar jika Muradi melihat adanya agenda tersembunyi di balik rencana dibuatnya pangkalan militer AS di Darwin. Sebab sepuluh tahun terakhir ancaman yang ada di wilayah ASEAN adalah terorisme dan human traficking. dua itu yang menjadi ancaman bagi Australia.
“Walau demikian, menjadikan dua ancaman tersebut sebagai alasan adanya pangkalan Darwin, dan ada isu untuk mendorong kemerdekaan Papua, tetap isu tersebut tetap tidak masuk akal. Pangkalan itu tetap berlebihan, dan pemerintah harus memprotesnya,” tegasnya.
Rencana AS mendirikan pangkalan militer di Darwin dengan dalih untuk mempermudah pengiriman pasukan, untuk bala bantuan ketika ada bencana menarik banyak perhatian berbagai kalangan.
Letak yang strategis, adanya pergerakan massif Cina di kawasan Laut Cina Selatan dan ASEAN, serta Rusia yang mulai menancapkan pengaruhnya di kawasan Asia, semakin memperkuat dugaan bahwa ada agenda tersembunyi AS menempatkan pasukannya di teluk Darwin.