Noken Papua Dinyatakan Sebagai Warisan Budaya Dunia UNESCO
Tas rajutan atau anyaman
multifungsi kerajinan tangan rakyat Papua, Noken, resmi masuk dalam
Daftar UNESCO Warisan Budaya Takbenda (Intangible Cultural Heritage).
Keputusan itu diketuk palu oleh Arley Gill dari Grenada. Gill menjadi
ketua Sidang Komite Antar-Pemerintah ke-7 untuk Perlindungan Warisan
Budaya Takbenda di Markas UNESCO di Paris, Prancis pada 4 Desember 2012.
Wakil Menteri Bidang Kebudayaan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Prof. Wiendu Nuryanti menyambut
gembira inskripsi itu. “Pengakuan UNESCO ini akan mendorong upaya
melindungi dan mengembangkan warisan budaya Noken, yang dimiliki oleh
lebih dari 250 suku bangsa di Provinsi Papua dan Papua Barat,” kata
Wiendu.
“Inskripsi UNESCO ini bukanlah
tujuan akhir, melainkan awal upaya kita untuk bersama-sama menggali,
melindungi dan mengembangkan warisan budaya Noken yang penting ini. Kami
berterima kasih kepada semua pihak yang telah menyukseskan nominasi
Noken,” kata Wiendu.
Wiendu didampingi oleh Titus Pekei,
putra Papua, Ketua Lembaga Ekologi Papua dan pencetus gagasan
menominasi Noken ke UNESCO. Titus, yang mewakili masyarakat Papua
memberi masukan dan mendukung nominasi Noken ke UNESCO, turut gembira
dengan berhasilnya perjuangan Noken yang telah mulai dengan penelitian
lapangan oleh tim Puslitbangbud sejak awal 2011.
Noken diajukan ke Unesco bukan soal
nilai tambah, melainkan fungsinya, “Bukan sekedar tempat membawa
barang, tapi perekat sosial bagi manusia,” Hal ini dutarakan Dra Diah
Harianti M.Psi mengutip pernyataan Wakil Menteri bidang kebudayaan,
kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Wiendu Nuryanti, usai meluncurkan
Indonesia Berkarakter (3/12)
Sebagai warisan dunia menurut
Wiendu Nuryanti, Noken sudah diajukan sejak 4 tahun lalu namun waktu
itu belum lulus dan masih mendapat revisi karena harus ada perbaikan,
harus ada filmnya, harus lengkap, dan harus ada penjelasan ilmiahnya.
Hal yang terpenting adalah adanya
nilai tambah. Misalnya sebelum dikasih ini (noken) harganya Rp. 500.000,
dengan dikasih ini menjadi Rp. 5.000.000, berarti kan 10 kali lipat,
jadi sentuhan noken bisa mendongkrak kesejahteraan masyarakat papua
dengan 10 bahkan 100 kali nilai tambah.
Dalam pembuatan noken yang ukuran
kecil kalau fokus bisa satu dua hari jadinya namun kalau selang seling
bisa 2 sampai 3 minggu. Tapi kalau yang ukuran besar bisa sampai 1 tahun
3 sampai 4 bulan. Noken ini disebut noken emas. Karena dibuat dari
anggrek hitam, anggrek coklat, dan anggrek kuning. Di daerah pesisir
juga orang Papua menggunakan noken, namun yang terbuat dari kulit kayu.
Saat ini, orang lebih cenderung
menggunakan kantong plastik daripada menggunakan Noken. Karena lebih
mudah didapat. Maka dari itu Noken perlu dilindungi oleh Unesco.
Fungsi Noken
Fungsi Noken sangat beragam. Namun,
Noken biasa dipakai untuk membawa barang seperti kayu bakar, tanaman
hasil panen, sampai barang-barang belanjaan. Noken yang kecil biasa
dipakai untuk membawa kebutuhan pribadi. Tak hanya itu, Noken juga
dipakai dalam upacara dan sebagai kenang-kenangan untuk tamu.
Noken dipakai juga untuk
menggendong anak karena ventilasi udaranya aman. Karena menggunakan
daun-daun pandan dan daun-daun lainnya sehingga aman untuk bayi. Selain
itu, Noken juga memperkuat otot anak ketika di dalam Noken sehingga anak
jarang sakit.
http://indonesiaproud.wordpress.com/
http://danahauses.blogspot.com/
http://danahauses.blogspot.com/