Apa hubungannya penemuan sepeda dengan Indonesia? Sepeda awalnya diciptakan oleh Baron Karls Drais von Sauerbronn dari Jerman, negara di Eropa yang jauh dari Indonesia.
Syahdan, pada 5 April 1815 Gunung Tambora di Sumbawa meletus. Selama beberapa pekan kemudian gunung ini terus memuntahkan isi perutnya hingga bulan Juli. Kabar yang tercatat menewaskan hingga 92.000 orang.
Begitu dahsyatnya letusan ini hingga memicu pemanasan global. Suhu bumi meningkat 3 derajat celsius. Di Eropa, tahun 1816 disebut sebagai tahun tanpa musim panas. Di beberapa tempat memicu hujan salju, langit terus-menerus gelap, panen gagal, dan Eropa memasuki tahun-tahun buruk.
Cuaca yang buruk membuat transportasi yang biasanya mengandalkan kuda dan angkutan air menjadi tidak nyaman. Kuda-kuda banyak yang disembelih, bukan hanya karena manusia tak memiliki cadangan makanan, melainkan juga karena majikan kesulitan mencari makanan untuk kuda-kuda itu.
Yang kesulitan dengan kematian kuda itu adalah Karls Drais yang saat itu menjadi kepala pengawas hutan Baden di Jerman. Dalam menjalankan ia memerlukan alat tranportasi yang bisa membuatnya bergerak lebih cepat. Ia harus mencari akal sebagai pengganti kuda.
Drais kemudian menciptakan kendaraan roda dua yang disebutnya draisine. Saat itu kendaran ini belum memiliki pedal untuk menggerakan roda. Satu-satunya cara untuk mengendarai sepeda ini adalah dengan menjejakkan kaki ke tanah agar draisine mau meluncur.
Oleh karena itulah alat ini juga disebut hobby horse yang merujuk pada arti ”kuda-kudaan” karena tujuan dari pembuatan alat ini untuk menggantikan kerja kuda. Penemuan ini merupakan titik awal prinsip keseimbangan sepeda modern. Draisine menjadi sepeda pertama yang hak patennya didaftarkan tahun 1818.
Karya Drais ini lebih revolusioner dibanding temuan seorang Perancis bernama Comte de Sivrac tahun 1791. Sivrac membuat mesin tanpa penarik hewan yang diberi nama celerifere yang belum memiliki setir dan pedal sehingga tidak bisa berbelok.
Karl Drais memulai sejarah baru bepergian tanpa kuda ketika mengendarai sepedanya pada 12 Juni 1817 sepanjang 7,5 kilometer di jalanan Mannheim-Schwetzingen di Jerman.
Pierre Michaux dari Perancis pada tahun 1863 menambahkan engkol dan pedal di roda depan sehingga lahirlah velocipede, sepeda modern yang bisa dikendarai tanpa menjejakkan kaki di tanah. Michaux menjadi perintis produksi sepeda secara massal