Gejolak kemarahan dan kerusuhan di Mesir berimbas pada kaburnya ribuan narapidana di beberapa penjara di negara tersebut. Sebelumnya, para narapidana ini membuat masalah dengan merusak sarana penjara.
Ribuan narapidana tersebut berhasil kabur dari empat penjara di berbagai wilayah di Mesir. Para tahanan membuat kericuhan dengan membakar penjara. Aksi ini langsung mendapatkan reaksi keras dari para sipir. Bentrokan pun tidak terelakkan.
Seperti dilansir dari laman Press TV, Minggu, 30 Januari 2011, salah satu penjara yang terbanyak dibobol para narapidana adalah penjara di daerah Faiyum, 130 kilometer barat daya Kairo. Sedikitnya 5.000 narapidana berhasil kabur dari penjara ini. Aksi mereka ini menewaskan seorang pejabat tinggi penjara tersebut.
Menyusul kaburnya ribuan tahanan, stasiun berita CNN melaporkan berdasarkan pantauan udara, terdapat lebih dari 1.000 tahanan yang kabur, kini menuju ibukota Mesir, Kairo. Dilaporkan, mereka membuat kekacauan dengan membakar dan melakukan penjarahan.
Menurut laman Associated Press, polisi di kota Kairo telah berkurang sedikit demi sedikit, menimbulkan kekhawatiran kekacauan dan penjarahan yang lebih parah. Untuk itulah, para penduduk secara mandiri membuat sebuah kelompok pelindung kota. Dipersenjatai dengan senjata api, tongkat dan kayu, mereka membangun pos-pos pengaman dan barikade untuk menjauhkan para penjarah dari lingkungan mereka.
Beberapa kelompok pemuda juga terlihat tengah mengatur laju lalu lintas yang sempat mandek akibat kerusuhan. Mereka juga berhasil mengusir beberapa pengacau yang memukuli dan melempari mobil yang lewat. Para pengacau ini juga dikabarkan tidak segan-segan untuk merampok para pejalan kaki yang melintas.
Kebanyakan para demonstran anti pemerintahan Hosni Mubarak adalah para pemuda terpelajar yang telah bekerja maupun yang masih menganggur. Mereka menuntut Mubarak untuk turun demi menciptakan keadaan yang lebih baik. Mubarak yang telah memimpin Mesir selama lebih dari 30 tahun dinilai sebagai diktator yang dipenuhi oleh skandal korupsi. Mubarak juga terkenal sering menggunakan cara kotor dalam membungkam lawan politiknya, terutama dari kalangan gerakan Ikhwanul Muslimin.
Ribuan narapidana tersebut berhasil kabur dari empat penjara di berbagai wilayah di Mesir. Para tahanan membuat kericuhan dengan membakar penjara. Aksi ini langsung mendapatkan reaksi keras dari para sipir. Bentrokan pun tidak terelakkan.
Seperti dilansir dari laman Press TV, Minggu, 30 Januari 2011, salah satu penjara yang terbanyak dibobol para narapidana adalah penjara di daerah Faiyum, 130 kilometer barat daya Kairo. Sedikitnya 5.000 narapidana berhasil kabur dari penjara ini. Aksi mereka ini menewaskan seorang pejabat tinggi penjara tersebut.
Menyusul kaburnya ribuan tahanan, stasiun berita CNN melaporkan berdasarkan pantauan udara, terdapat lebih dari 1.000 tahanan yang kabur, kini menuju ibukota Mesir, Kairo. Dilaporkan, mereka membuat kekacauan dengan membakar dan melakukan penjarahan.
Menurut laman Associated Press, polisi di kota Kairo telah berkurang sedikit demi sedikit, menimbulkan kekhawatiran kekacauan dan penjarahan yang lebih parah. Untuk itulah, para penduduk secara mandiri membuat sebuah kelompok pelindung kota. Dipersenjatai dengan senjata api, tongkat dan kayu, mereka membangun pos-pos pengaman dan barikade untuk menjauhkan para penjarah dari lingkungan mereka.
Beberapa kelompok pemuda juga terlihat tengah mengatur laju lalu lintas yang sempat mandek akibat kerusuhan. Mereka juga berhasil mengusir beberapa pengacau yang memukuli dan melempari mobil yang lewat. Para pengacau ini juga dikabarkan tidak segan-segan untuk merampok para pejalan kaki yang melintas.
Kebanyakan para demonstran anti pemerintahan Hosni Mubarak adalah para pemuda terpelajar yang telah bekerja maupun yang masih menganggur. Mereka menuntut Mubarak untuk turun demi menciptakan keadaan yang lebih baik. Mubarak yang telah memimpin Mesir selama lebih dari 30 tahun dinilai sebagai diktator yang dipenuhi oleh skandal korupsi. Mubarak juga terkenal sering menggunakan cara kotor dalam membungkam lawan politiknya, terutama dari kalangan gerakan Ikhwanul Muslimin.
(vivanews)